Diare
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua
Penyebab diare antara lain:
1. Virus
Merupakan penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus. Gejala: veses dalam bentuk cair (watery), berbusa, tidak ada darah lender, berbau asam.
2. Bakteri
Gejala : Buang air besar dengan darah atau lendir, sakit perut. Memerlukan antibiotika sebagai terapi pengobatan.
3. Parasit (Glardiasis)
Gejala: Buang air besar dengan darah dan lendir, sakit perut.
4. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibotika
5. Alergi susu (intoleran laktosa)
6. Sanitasi buruk;
7. Nutrisi buruk;
8. intoleransi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya; obat-obatan seperti laksatif/pancahar, antibiotik (Ampicilin), antihipertensi (Reserpine), kolinergik (Metoclopramide), obat kardiovaskular (Digoxin, Digitalis); AIDS-yang dihubungkan dengan diare dan agen penginfeksi.
Diare digolongkan menjadi dua, diare spesifik dan diare non spesifik:
1. Diare spesifik
Diare non spesifik adalah diare yang disebabakan oleh infeksi baik bakteri, parasit, maupun virus.
2. Diare non spesifik
Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan terlalu pedas sehingga mempercepat peristaltik usus), ketidakmampuan lambung dan usus dalam memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) disebut lactose intolerance, ketidakmamapuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang kol, sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus noninvasive yang terjadi pada anak umur di bawah 2 tahun karena rotavirus
Pengobatan diare harus tepat pada sasarannya.Sasaran yang dituju dalam pengobatan diare yaitu dehidrasi. Pengobatan diare yang digunakan terbagi atas 2 cara, yaitu pengobatan/terapi non farmakologis yang berupa pencegahan penyakit diare atau pertolongan pertama pada penderita diare dari dehidrasi dan terapi farmakologis yang berupa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menghentikan diare.
a. Terapi Non farmakologi
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan menghindari pemicu diare. Contohnya bila tidak mampu memetabolisme laktosa maka dapat mengonsumsi susu nabati atau dengan mengurangi makanan pedas. Penanganan utama diare dapat dilakukan dengan cara mengoreksi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh (dehidrasi) dengan terapi rehidrasi, yaitu menggantikan cairan dan elektrolit secepat mungkin. Bila masih memungkinkan secara oral, maka larutan gula garam atau oralit buatan pabrik telah mencukupi kebutuhan asalkan diberikan sesuai patokan (sesuai umur penderita dan berat ringannya dehidrasi). Penyebab kematian terbesar pada kasus diare adalah terjadinya dehidrasi, bukan karena bakteri atau penyebab lainnya.
b. Terapi farmakologi
Pemberian obat pada diare dimaksudkan untuk:
1. mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental, contoh: kaolin dan pektin (kaopectate: merek Indonesia), bismuth
2. mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran cerna atau adstringensia, contoh: tannin (teh, daun jambu biji, dan buah salak muda) dan arang aktif (diapet, new diatab, norit: merek Indonesia)
3. mengurangi motilitas/ gerakan usus dengan zat parasimpatolitik, contoh: golongan narkotika (kodein, loperamid (loperamide, lomid, imodium: merek Indonesia).
Obat –obat yang bisa digunakan untuk mengatasi diare antara lain: golongan obat yang mengandung Karboadsorben, Attapulgit, Bismuthi Subsalisilat, atau Kombinasi attapulgit dan pektin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar